Mulutmu Harimaumu
Mulutmu harimaumu, itulah kata orang tua-tua kita dahulu. Dan kenyataan, itu adalah ucapan yang benar. Lisan kita sangat berbahaya apabila tidak dijaga. Makanya dahulu ada ulama salaf yang mengumpamakan lisannya ibarat binatang buas. Seorang tabi’in yang bernama Thawus bin Kaisan rahimahullah pernah mengatakan:
لِسَانِي سَبُعٌ إِنْ أَرْسَلْتُهُ أَكَلَنِي
“Lisanku adalah binatang buas. Jika aku lepaskan maka ia akan memangsaku.” (Nadhratu an-Na’im 7/2642)
Benar-benar buas dan membahayakan. Dengan satu ucapan saja terkadang sudah cukup untuk mengantarkan seseorang ke lembah kehancuran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
“Dan sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kata yang termasuk kemurkaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kata itu dia terjungkal di dalam neraka Jahannam.” (HR. Bukhari: 6478)
Inilah yang dipahami betul oleh manusia mulia setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu anhu, sehingga membawa beliau mengucapkan sebuah ucapan terkenal sebagaimana yang diceritakan oleh Zaid bin Aslam:
رَأَيْتُ أَبَا بَكْرٍ الصَّدِيْقِ رَحِمَهُ اللّٰهُ آخَذَ بِطَرْفِ لِسَانِهُ، فَقَالَ : هَذَا أَوْرَدَنِيْ المَوَارِدَ.
“Aku melihat Abu Bakar As-Shiddiq rahimahullah memegang ujung lisannya, kemudian mengatakan: ‘Inilah yang mengantarkanku pada kebinasaan.’” (Kitabuz Zuhd Abu Dawud as-Sijistani: 55)
Oleh sebab itu, jaga lisan kita jangan dibiarkan bagitu saja. Setiap apa yang akan kita ucapkan timbang dan pikirkan, jika tidak mendatangkan kebaikan maka lebih baik diam. Banyak diam lebih baik daripada banyak bicara. Karena orang yang banyak bicara akan banyak salahnya.