Fikih Ringkas Amalan dan Harapan Balasannya – Khutbah Jum’at

Download PDF-nya disini: Beramal dan Berharap Pahala

َِّ ﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُُ َﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ َﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُْ َﻧَﻌُﻮُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُِْ َﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ َﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎِ َﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِِ ﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ َﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎَِ ﻟَﻪُ. َﺷْﻬَﺪُ ََّ ﻻَ ِﻟَﻪَ ِﻻَّ ﻟﻠﻪ ََﺷْﻬَﺪُ ََّ ﻣُﺤَﻤَّﺪً ﻋَﺒْﺪُُ ََﺳُﻮْﻟُﻪُ.

ﻳَﺎَﻳُّﻬﺎَ ﻟَّﺬِﻳْﻦَ َﻣَﻨُﻮ ﺗَّﻘُﻮ ﻟﻠﻪَ ﺣَﻖَّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ َﻻَ ﺗَﻤُﻮْﺗُﻦَّ ِﻻَّ ََﻧﺘُﻢْ ﻣُّﺴْﻠِﻤُﻮَْ.

َﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ؛ ﻓَﺈَِّ َﺻْﺪََ ﻟْﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻛِﺘَﺎُ ﻟﻠﻪِ َﺧَﻴْﺮَ ﻟْﻬَﺪِ ﻫَﺪُْ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ صَلَّى ﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ َﺳَﻠَّﻢَ، َﺷَﺮَّ ﻷُﻣُﻮِْ ﻣُﺤَﺪَﺛَﺎﺗُﻬَﺎ، َﻛُﻞَّ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ َﻛُﻞَّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻼَﻟﺔٍ َﻛُﻞَّ ﺿَﻼَﻟَﺔٍ ﻓِﻲ ﻟﻨَّﺎِ

Dalam kehidupan ini, sebagai seorang manusia yang beriman kepada Allah dan akhirat kita tidak terlepas dari dua hal yaitu: amal dan balasan. Masing-masing dari keduanya terbagi menjadi dua macam pula; Amalan; ada amalan dunia seperti berdagang, bertani, berternak, mengajar, dst. Ada pula amalan akhirat yang kita sebut dengan ibadah seperti shalat, puasa, sedekah, dts

Balasan pun ada dua, yaitu: Balasan dunia seperti mendapat uang, gaji, rumah, kendaraan, kesehatan, dst. Balasan akhirat seperti diberikan nikmat kubur, masuk surga, dst

Dalam kesempatan yang singkat ini kita akan membahas kaitan dari semua hal ini berserta hukum-hukumnya. Mudah-mudahan menambah ilmu kita sehingga kita bisa berada pada golongan yang benar.

Manusia dalam hal ini terbagi menjadi 5 golongan yaitu:

  1. Beramal dunia dengan mengarapkan balasan dunia. Seperti seorang yang berkerja mengharapkan gaji atau seorang berdagang mengharapkan keuntungan, agar bisa membeli rumah, kendaraan, jalan-jalan, dts. Apa hukumnya? Hukumnya adalah boleh selama dia tidak melalaikan kewajiban agamanya. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّهِ

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah. (QS. Al-Jumu’ah: 9-10)

Yang tercela adalah saat seorang tenggelam dalam dunianya sehingga melalaikan kewajiban agama dan ibadahnya kepada Allah.

  1. Beramal dunia dengan mengarapkan balasan akhirat. Seperti seorang yang bedagang dengan niat hasilnya ingin ia sedekahkan. Maka ini hukumnya sangat dianjurkan dan bahkan tidak mengapa sekalipun ia juga mengarapkan balasan dunia juga. Inilah yang menjadi sifat orang-orang shalih, mereka bekerja namun tidak hanya untuk niat dunia.

Salman Al-Farisi ketika ditugaskan oleh Umar menjadi Gubernur di Mada’in, ia mendapat gaji rutin sebanyak 5000 dirham. Akan tetapi, ia selalu membagikan gaji itu kepada rakyatnya, sedang ia sendiri makan dari hasil menganyam tikar daun kurma. Salman pernah berkata:

أَشْتَرِي خُوْصًا بِدِرْهَمٍ ، فَأَعْمَلَهُ ، فَأَبِيْعُهُ بِثَلَاثَةِ دَرَاهِمَ فَأُعِيْدُ دِرْهَمًا فِيهِ ، وَأُنْفِقُ دِرْهَمًا عَلَى عِيَالِي ، وَأَتَصَدَّقُ بِدِرْهَمٍ ، وَلَوْ أَنَّ عُمَرَ نَهَانِي عَنْهُ مَا انْتَهَيْتُ

“Aku selalu membeli daun kurma untuk bahan anyaman dengan harga 1 dirham, lalu aku membuatnya dan menjualnya dengan harga 3 dirham. 1 Dirham kembali aku jadikan modal, 1 Dirham aku nafkahkan untuk keluargaku, dan 1 dirham lagi aku sedekahkan. Jika Umar bin Khaththab melarangku melakukan hal itu, aku tetap tidak akan berhenti melakukannya.” (Siyar A’lam An-Nubala’: 1/547)

  1. Beramal akhirat dengan mengharapkan balasan akhirat. Seperti seorang shalat mengarapkan surga, berpuasa agar selamat dari siksa kubur, dst, maka hukumnya boleh. Bahkan termasuk pondasi pokok dari ibadah soerang muslim yaitu Raja’. Hal ini tidak merusak makna keikhlasan.

Jangan percaya dengan ucapan orang-orang yang menyimpang yang mengatakan: “Beramallah dengan mengarapkan ridha Allah saja, jangan beramal karena ingin surga atau takut dari neraka, karena hal itu bukanlah keikhlasan.” Ucapan ini adalah ucapan yang bertentangan dengan syariat. Nabi Ibrahim saja, manusia yang paling ikhlas dalam beribadah beliau berdo’a:

وَاجْعَلْنِي مِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ

“Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan.” (QS. Asy Syu’ara: 85-87)

Rasulullah pernah bertanya kepada seseorang: “Do’a apa yang engkau baca di dalam shalat?” Laki-laki itu menjawab:

أَتَشَهَّدُ وَأَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ

“Aku membaca tahiyyat, lalu aku ucapkan ‘Allahumma inni as-alukal jannah wa a’udzu bika minannar‘ (aku memohon pada-Mu surga dan aku berlindung dari siksa neraka). Maka Rasulullah bersabda: do’a kami juga begitu. (HR. Abu Dawud, lihat Shahih Abi Dawud oleh Al-Albani no 792

Bahkan Rasulullah ketika memerintahkan kita meminta surga maka hendaknya meminta surga yang paling tinggi yaitu Firdaus.

Dan banyak dalil-dalil yang lain.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ رب العالمين أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، أما بعد

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah……

  1. Beramal akhirat dengan mengharapkan balasan dunia dan akhirat. Seperti seorang bersedekah dengan mengarapkan surga sekaligus kesembuhan, atau seorang yang berhaji menharapkan pahala kahirat sekaligus ingin berjualan untuk mendapatkan harta, maka hukumnya boleh dengan syarat harapan untuk balasan akhirat harus lebih besar dari harapan balasan dunia. Allah berfirman tentang mereka yang pulang dari ibadah haji:

 وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ أُولَٰئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِّمَّا كَسَبُوا ۚ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. Al-Baqarah: 201-202)

  1. Beramal akhirat dengan mengarapkan dunia saja, seperti orang yang berhaji dengan tujuan hanya mendapatkan harta dari jualan (bisnis travelnya), maka ini hukumnya haram, dan termasuk kesyirikan. Allah berfirman tentang orang-orang yang berhaji hanya mengharapkan dunia:

فَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ

Di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian di akhirat. (QS. Al-Baqarah: 200)

Apalagi ditambah jika niat ibadahnya itu bukan untuk Allah namun untuk keuntungan dunia tersebut, maka menjadilah ia sebuah kesyirikan. Dalam hadits disebutkan bahwa manusia pertama yang dilemparkan ke dalam neraka adalah tiga orang yaitu: Orang yang berperang agar dikatakan pemberani dan pahlawan, orang yang mempelajari dan menhafal Al-Qur’an agar dikatakan Qari’ hafizh, orang yang bersedekah agar dikatakan dermawan.

Semoga yang sedikit ini bermanfaat untuk kita semua, dan menambah ilmu kita sehingga kita bisa beramal dengan benar. Dan dengan amalan yang benar itulah kita berharap Allah memberikan keselamatan dunia dan akhirat kepada kita semua.

Mudah-mudahan kita istiqamah di atas iman dan Islam ini hingga akhir hayat kita.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

اللهم انصر إخواننا المسلمين المستضعفين في فلسطين وثبت أقدامهم واجعلهم من الصابرين وانصرهم على القوم الكافرين

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ وسلَّم عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Lihat:

Arsip Khutbah Maribaraja.Com

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

 

 

 

 

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop
    WhatsApp Yuk Gabung !