PARA SAHABAT TIDAK BERSELISIH DALAM USHUL AKIDAH
Perselisihan dan penyimpangan dalam akidah tidak terjadi pada generasi sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Sebab mereka adalah pribadi yang benar-benar patuh dan menerima apa saja yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, tanpa mempertentangkan dengan akal atau perasaan mereka. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
وَقَدْ تَنَازَعَ الصَّحَابَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ فِيْ كَثِيْرٍ مِنْ مَسَائِلِ الْأَحْكَامِ – وَهُمْ سَادَاتُ الْمُؤْمِنِيْنَ وَأَكْمَلُ الْأُمَّةِ إِيْمَانًا – وَلَكِنْ بِحَمْدِ اللَّهِ لَمْ يَتَنَازَعْ فَي مَسْأَلَةٍ وَاحِدَةٍ مِنْ مَسَائِلِ الْأَسْمَاءِ وَ الصِّفَاةِ وَالْأَفعَالِ
“Para sahabat memang telah berselisih dalam banyak masalah hukum (mu’amalah) – sedang mereka adalah pemuka orang mukmin dan umat yang paling sempurna keimanannya – akan tetapi, dengan memuji Allah mereka tidak berselisih dalam satu permasalahan pun dari permasalahan nama, sifat dan perbuatan Allah (masalah akidah).” (I’lamul Muwaqi’in: 1/49, Muqaddimah Syarh Ushul I’tiqad Ahlissunnah wal Jama’ah: 18)
Ibnu Abbas radhiyallahu anhu yang menyaksikan dan merupakan bagian dari mereka, pernah mengatakan:
مَا رَأَيْتُ قَوْمًا خَيْرًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، مَا سَأَلُوهُ إِلا عَنْ ثَلاثَ عَشْرَةَ مَسْأَلَةً حَتَّى قُبِضَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّهُنَّ فِي الْقُرْآنِ…. مَا كَانُوا يَسْأَلُونَ إِلا عَمَّا يَنْفَعُهُمْ
“Aku tidak pernah melihat kaum yang lebih baik daripada para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Mereka tidak bertanya kecuali tiga belas permasalahan hingga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meninggal dunia, dan semuanya ada di dalam al-Qur’an…..Mereka tidak bertanya melainkan tentang sesuatu yang bermanfaat buat mereka.” (Jami’u Bayanil Ilmi wa Fadhlihi: 2053)
Al-Imam al-Lalika’i rahimahullah dalam kitabnya mengatakan:
فَلَمْ تَزَلِ الكَلِمَةُ مُجْتَمَعَةً وَالجَمَاعَةُ مُتَوَافِرَةً عَلَى عَهْدِ الصَّحَابَةِ الأَوَّلِ وَمَنْ بَعْدَهُمْ مِنَ السَّلَفِ الصَّالِحِيْنَ حَتَّى نَبَغَتْ نَابِغَةٌ بِصَوْتٍ غَيْرِ مَعْرُوْفٍ، وَكَلَامٍ غَيْرِ مَأْلُوْفٍ فِي أَوَّلِ إِمَارَةِ المَرْوَانِيَّةِ تُنَازِعُ فِي القَدَرِ وَتَتَكَلَّمَ فِيْهِ
“Kalimat (akidah) masih senantiasa satu dan Jama’ah banyak di masa para sahabat yang pertama dan orang-orang setelah mereka dari shalafush shalih, hingga muncul seorang tokoh dengan pendapat yang asing dan ucapan yang tidak dikenal pada awal pemerintahan Marwaniyah, yang memperdebatkan masalah takdir serta membicarakannya.” (Syarh Ushul I’tiqad Ahlissunnah wal Jama’ah: 1/16)
Maka barulah setelah itu berturut-turut muncul kelompok-kelompok menyimpang yang sangat banyak. Benarlah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا
“Sesungguhnya siapa dari kalian yang hidup setelahku, niscaya akan menyaksikan (mendapati) perselisihan yang banyak.” (HR. Abu Dawud: 4609)
Oleh sebab itu, penting bagi kita yang hidup di hari ini untuk kembali mempelajari cara beragama para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam agar kita tahu bagaimana agama Islam ini yang sesungguhnya. (Art0269)