Tiga Hikmah Musibah Bagi Manusia

Musibah adalah takdir Allah yang dirasa buruk oleh makhluknya. Namun meskipun itu buruk dan terasa berat bagi makhluk, musibah pasti memiliki hikmah. Karna semuanya tadir Allah ini selalu ada hikmah dibaliknya. Musibah ada tiga hikmahnya, tergantung dari keadaan orang yang ditimpa musibah tersebut, yaitu:

Pertama, sebagai adzab yaitu bagi orang yang berpaling dari agama Allah. Allah berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Thaha: 124)

Allah berfirman:

 فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang Telah diberikan kepada mereka, kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang Telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44)

Kedua, sebagai peringatan dari Allah agar kita jadi lebih baik.

Allah berfirman:

 وَأَخَذْنَاهُمْ بِالْعَذَابِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan kami timpakan kepada mereka adzab supaya mereka kembali.” (QS. az-Zukhruf: 48)

Ketiga, tanda kebaikan dan kecintaan Allah kepada seorang hamba.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ

Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik maka Allah timpakan musibah kepadanya.” (HR. Bukhari: 5645)

Dalam hadits yang lain:

إِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ

Sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum, maka Allah akan menguji mereka.” (HR. Ibnu Majah: 4031, Tirmidzi: 2/64, dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Silsilah ash-Shahihah: 1/227)

Oleh karena itu manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi dan Rasul. Karena memang merekalah orang-orang yang paling dicintai Allah. Sa’ad bin Abi Waqqash pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: “Siapakah manusia yang paling berat cobaannya?” Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab:

أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ

Manusia yang paling berat dan keras cobaannya adalah para nabi, kemudian  yang seperti mereka, kemudian yang seperti mereka (yakni di bawah Nabi).” (HR. Tirmidzi: 2/64, Ibnu Majah: 4023, dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Silsilah ash-Shahihah: 1/225)

Oleh sebab itu, jika kita ditimpa musibah atau sesuatu yang buruk maka segeralah muhasabah (introspeksi) diri, dimanakah kita dari tiga golongan itu. Jika selama ini kita yang jauh dari agama Allah maka itu adalah adzab yang disegerakan, atau jika kita selama ini lalai itu adalah peringatan maka segeralah bertaubat kepada Allah dan perbaiki diri. Sedangkan jika kita sudah berada diatas ketaatan maka musibah itu bisa jadi tanda kecintaan Allah, bersabar dan ridhalah dengan takdir Allah itu, jangan biarkan setan mengambil bagian lewat kesedihan dari musibah yang kita terima. Mudah-mudahan kita termasuk golongan yang kedua dan ketiga dan berlindung kepada Allah agar tidak termasuk golongan yang pertama. Amin.

Baca juga Artikel:

KITABUT TAUHID BAB 35 – Termasuk Iman Kepada Allah; Sabar Dengan Takdir-Nya

Ditulis di Jatimurni Bekasi, Rabu 6 Jumadal Ula 1441H/ 1 Januari 2020M

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja untuk dapatkan artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda di admin berikut KLIK

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !