Tiga Pelajaran Dari Peristiwa Nabi ﷺ Disihir

Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia menuturkan

سُحِرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى كَانَ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ يَفْعَلُ الشَّيْءَ وَمَا يَفْعَلُهُ حَتَّى كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ دَعَا وَدَعَا ثُمَّ قَالَ أَشَعَرْتِ أَنَّ اللَّهَ أَفْتَانِي فِيمَا فِيهِ شِفَائِي أَتَانِي رَجُلَانِ فَقَعَدَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي وَالْآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيَّ فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِلْآخَرِ مَا وَجَعُ الرَّجُلِ قَالَ مَطْبُوبٌ قَالَ وَمَنْ طَبَّهُ قَالَ لَبِيدُ بْنُ الْأَعْصَمِ قَالَ فِيمَا ذَا قَالَ فِي مُشُطٍ وَمُشَاقَةٍ وَجُفِّ طَلْعَةٍ ذَكَرٍ قَالَ فَأَيْنَ هُوَ قَالَ فِي بِئْرِ ذَرْوَانَ فَخَرَجَ إِلَيْهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ لِعَائِشَةَ حِينَ رَجَعَ نَخْلُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ فَقُلْتُ اسْتَخْرَجْتَهُ فَقَالَ لَا أَمَّا أَنَا فَقَدْ شَفَانِي اللَّهُ وَخَشِيتُ أَنْ يُثِيرَ ذَلِكَ عَلَى النَّاسِ شَرًّا ثُمَّ دُفِنَتْ الْبِئْرُ

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah disihir hingga terbayang oleh beliau seolah-olah berbuat sesuatu padahal tidak. Hingga pada suatu hari Beliau memanggil-manggil kemudian berkata: “Apakah kamu menyadari bahwa Allah telah memutuskan tentang kesembuhanku?. Telah datang kepadaku dua orang, satu diantaranya duduk dekat kepalaku dan yang satu lagi duduk di dekat kakiku. Yang satu bertanya kepada yang lainnya; “Sakit apa orang ini?”. Yang lain menjawab; “Kena sihir”. Yang satu bertanya lagi; “Siapa yang menyihirnya?”. Yang lain menjawab; “Labid bin Al A’sham”. Yang satu bertanya lagi; “Dengan cara apa?”. DIjawab; “Dengan cara melalui sisir, rambut yang rontok saat disisir dan putik kembang kurma jantan”. Yang satu bertanya lagi; “Sekarang sihir itu diletakkan dimana?”. Yang lain menjawab; “Di sumur Dzarwan”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pergi mendatangi tempat tersebut kemudian kembali dan berkata kepada ‘Aisyah setelah kembali; “Putik kurmanya bagaikan kepala-kepala setan”. Aku bertanya; “Apakah telah baginda keluarkan?”. Beliau berkata: “Tidak, karena Allah telah menyembuhkan aku. Namun aku khawatir bekasnya itu dapat mempengaruhi manusia maka sumur itu aku timbun.” (HR. Bukhari: 3268)

Faidah dari hadits:

1. Sihir itu ada dan benar memberikan pengaruh. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bisa terkena sihir, maka selain beliau lebih memungkinkan lagi untuk terkena sihir.

2. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam manusia biasa, tidak dapat menolak mudharat dari dirinya. Sehingga tidak boleh untuk diibadahi. Yang dapat memberikan manfaat dan menolak mudharat hanyalah Allah. Karenanya Allah berfirman:

قُل لَّا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Katakanlah (hai Muhammad): “Aku tidak berkuasa mendatangkan manfaat bagi diriku dan tidak (pula) kuasa menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Al-A’raf: 188)

3. Terkena sihirnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bukanlah sebuah aib, justru sebuah rahmat dari Allah, supaya umatnya dapat benar-benar mewujudkan ittiba kepadanya dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya ketika terkena sihir.

Jadi jika kita terkena sihir maka tidak perlu sedih karena Nabi kita saja ternyata pernah terkena sihir. Dan tidak perlu pergi ke dukun untuk menghilangkan sihir, cukup teladani Nabi kita saja beliau ketika terkena sihir diobati dengan ruqyah. Wallahu a’lam

 

Selesai ditulis: di rumah kontrakan, Kranggan, Bekasi. Jum’at, 12 Shafar 441H/ 11 Okt 2019 pukul 16:00 WIB

Penulis: Zahir Al-Minangkabawi
Follow fanpage maribaraja KLIK
Instagram @maribarajacom

rasulullah pernah disihir

Baca juga:

KITABUT TAUHID BAB 24 – Sihir

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !