Tiga Sifat Yang Dicintai Oleh Allah – Khutbah Jum’at

Tema khutbah kali ini membahas faidah dari hadits tentang tiga sifat yang dicintai oleh Allah

KHUTBAH PERTAMA

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ، أَيُّها المُسْلِمُونَ ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله فقد فاز المتقون قال الله: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah…..

Ada tiga sifat yang dicintai oleh Allah. Jika seorang memilikinya maka dia akan menjadi hamba yang dicintai oleh Allah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الْغَنِيَّ الْخَفِيَّ

“Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertakwa, merasa cukup, dan suka menyembunyikan diri.” (Muslim: 2965)

1. Bertakwa

Sesungguhnya ketakwaan adalah merupakan tujuan disyariatkannya berbagai macam ibadah. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai manusia, beribadahlah kalian kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan menciptakan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 21)

Ketika seorang memiliki sifat takwa maka dia akan diberikan banyak keberuntungan oleh Allah karena memang ia dicintai oleh Allah. Diantaranya, Allah akan memberikan jalan keluar dan kemudahan dari setiap kesulitan yang ia hadapi sekaligus memberikan kelapangan rezeki kepadanya, Allah berfirman:

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Siapa yang bertakwa kepada Allah, Allah akan memberikan jalan keluar dari kesulitan hidupnya dan Allah akan berikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Talaq[65]: 2-3)

2. Kaya hati (merasa cukup)

Sifat kedua yang Allah cintai adalah yang kaya hatinya, yang penuh qana’ah (merasa puas dengan yang ada), hatinya terpaut dengan akhirat. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sebuah sabdanya mengatakan:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Kaya itu bukanlah dengan banyaknya harta benda. Akan tetapi kaya yang sesungguhnya adalah kaya hati.” (HR. Bukhari: 6081)

Oleh sebab itu, barang siapa yang hatinya penuh dengan sifat qana’ah sehingga ia mampu senantiasa bersyukur dan ridha terhadap nikmat Allah, harta dapat membantu dirinya berjalan menuju Allah, melaksanakan ketaatan, maka dialah orang kaya yang sesungguhnya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

اتَّقِ الْمَحَارِمَ تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ ، وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ

“Jauhilah segala sesuatu yang haram maka engkau akan menjadi manusia yang paling ahli ibadah. Dan ridhalah terhadap pembagian Allah untuk dirimu maka engkau akan menjadi manusia yang paling kaya.” (HR. Tirmidzi: 2305)

Cara mendapatkan kaya hati adalah dengan menjadikan hati itu selalu terpaut dengan akhirat dan dia menjadikan akhirat sebagai tujuan terbesarnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ ، وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ، وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ

“Barangsiapa menjadikan akhirat sebagai tujuan utamanya, niscaya Allah akan menjadikan kekayaan berada di dalam hatinya, akan dilancarkan urusannya serta dunia akan datang dengan sendirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, niscaya Allah akan menjadikan kemiskinan selalu berada di depan kedua matanya, urusannya akan berantakan dan dunia tidak akan datang padanya kecuali sebatas apa yang telah ditentukan untuknya.” (HR. Tirmidzi: 2465)

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ رب العالمين أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، أما بعد

Jama’ah kaum muslimin, sidang jum’at rahimakumullah….

3. Menyembunyikan diri

Sifat yang ketiga adalah suka menyembunyikan diri. Artinya ia tidak menyukai ketenaran, ia tidak membutuhkan untuk dikenal manusia, yang ia butuhkan olehnya adalah dikenal oleh penduduk langit sana.

Dia sibuk memperbaiki dirinya, dia berusaha supaya amalnya tidak diketahui oleh manusia, dia berusaha semaksimal mungkin menyembunyikan amalan shalihnya, ia tidak ingin manusia mengetahui tentang amalan shalihnya.

Ali bin Al-Husein bin Ali bin Abi Thalib atau yang lebih dikenal dengan Zainal Abidin rahimahullah, cicit Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, orang shalih dari generasi tabi’in. Apabila malam sudah mulai gelap, ia memanggul karung-karung gandum di atas punggungnya yang kurus lemah dan keluar membawanya di kegelapan malam pada saat manusia sedang tertidur lelap.

Dia mengelilingi kampung-kampung Madinah sambil memanggulnya untuk disedekahkan kepada orang-orang yang membutuhkan yang tidak mau meminta-minta kepada manusia. Banyak orang dari penduduk Madinah yang bertahan hidup dan mereka tidak tahu dari mana datangnya rezeki yang baik itu.

Tatkala Zanal Abidin wafat, mereka kehilangan rezeki yang dahulu mendatangi mereka, dan mereka baru mengetahui dari mana asal sumber rezeki tersebut. Ketika Zainal Abidin diletakkan di atas pemandian, orang-orang yang memandikannya memandang kepadanya, mereka menemukan bekas-bekas hitam di punggungnya. Sehingga mereka pun bertanya, “Bekas apakah ini?” Maka ada yang menjawab:

إِنَّهُ مِن آثَارِ حَمْلِ أَكْيَاسِ الدَّقِيقِ إِلَى مِائَةِ بَيتٍ فِي المَدِينَةِ فَقَدَت عَائِلَهَا بِفَقدِهِ

“Sesungguhnya itu adalah bekas memanggul karung-karung gandum kepada seratus rumah di Madinah yang sekarang telah kehilangan orang yang menghidupi mereka dengan kematiannya.” (Suwar min Hayatit Tabi’in: 347-348)

Semoga Allah menganugerahkan 3 sifat ini kepada kita; bertakwa, selalu merasa cukup dan menyembunyikan diri. Sehingga kita menjadi hamba-hamba yang dicintai oleh Allah.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

رَبَّنَا نَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَنَعُوذُ بِكَ أَنْ يَحْضُرُونا

ربنا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْن

Lihat:

Arsip Khutbah Maribaraja.Com

Selesai disusun di Komplek Pondok Jatimurni Bekasi

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !