Manusia Terbaik Adalah Yang Paling Bermanfaat

Pernah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengatakan bahwa seorang muslim itu ibarat pohon kurma. Dalam sebuah hadits, beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ لَمَا بَرَكَتُهُ كَبَرَكَةِ المُسْلِمِ … هِيَ النَّخْلَةُ

“Sesungguhnya ada sebuah pohon yang keberkahannya seperti keberkahan seorang muslim….yaitu pohon kurma” (HR Al-Bukhari: 5444)

Karena memang tujuan hidup adalah menjadi hamba Allah yang terbaik. Sedangkan, orang yang terbaik adalah yang paling bermanfaat. Seorang muslim harus bisa memberikan manfaat untuk orang lain persis seperti pohon kurma; pohon yang berkah, dapat memberikan manfaat dengan segala bagiannya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ

“Barang siapa di antara kalian yang sanggup memberi manfaat kepada saudaranya maka lakukanlah.” (HR. Muslim: 5859)

Jadi, orientasi hidup seorang muslim tidak hanya untuk dirinya saja. Akan tetapi ia ibarat pohon yang rindang, hingga dapat memberikan naungan kepada musafir yang tengah keletihan. Karenanya, disisi Allah orang yang terbaik adalah mereka yang berguna buat orang lain. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat untuk orang lain.” (HR. Daruquthni, Lihat ash-Shahihah: 426)

Meski kita punya harta berlimpah namun jika manfaatnya tak dapat dirasakan oleh orang lain, terlebih mereka yang benar membutuhkan, maka harta itu apa gunanya? Meski kita berpendidikan tinggi bertitel banyak, jika tidak bermanfaat, apa yang hendak dibanggakan? Jika untuk mendapatkan manfaat dari kita, orang lain haruslah dulu membayar dengan harga mahal, maka betapa murahnya diri kita, benar-benar tidak berharga.

Oleh sebab itu, lihatlah diri kita masing-masing saat ini. Tanyakan padanya, manfaat apa yang telah ia berikan untuk orang lain? Manfaat apa yang telah ia berikan untuk keluarga, tetangga, masyarakat dan umat Islam secara umum? Kalau belum ada, maka sadarilah bahwa diri kita belum berharga di mata Allah.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
0
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop
    WhatsApp Yuk Gabung !