IMAN DAN ADZAN (Art.Salayok20)
Di antara sifat orang yang bertakwa, sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firman-Nya:
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ
“Yaitu orang-orang yang beriman dengan yang ghaib dan mereka mendirikan shalat.” (QS. Al-Baqarah: 2)
📢Karena memang iman harus ada pembuktian, tidak hanya pemanis mulut saja. Jika kita ingin menjadi pribadi yang beriman maka adzan adalah salah satu pengujinya.
Buya Hamka pernah mengatakan:
“Tegasnya, kalau mulut telah tegas mengatakan iman kepada Allah, Malaikat, Hari Kemudian, Rasul yang tidak pernah dilihat oleh mata, maka bila panggilan sembanyang datang, bila adzan telah terdengar, diapun bangkit sekali buat mendirikan sembayang. Karena hubungan di antara pengakuan hati dengan mulut tidak mungkin putus dengan perbuatan.
Waktu datang panggilan sembahyang itulah ujian yang sangat tepat buat mengukur iman kita. Adakah tergerak hati ketika mendengar adzan? Atau timbulkah malas atau seakan-akan tidak tahu?……..
Maka jika waktu sembahyang telah datang dan kita genser (tidak peduli) juga, tanda iman belum ada, tandanya tidak ada kepatuhan dan ketaatan.
Dan itu diujikan kepada kita lima kali sehari semalam. Kadang-kadang sedang kita asyik mengobrol, kadang-kadang sedang asyik berapat; bagaimanakah rasanya pada waktu itu? Kalau tidak ada getarnya ke dalam hati, tandanya seluruh yang kita mintakan kepada Tuhan telah percuma belaka. Petunjuk yang kita harapkan tidaklah akan masuk ke dalam hati kita.”
(Buya Hamka, Tafsir al-Azhar 1/118 cet. Pustaka Panjimas)
🍃Sudah adzan, ayo segera ke masjid……Saatnya membuktikan kata “iman” yang diucapkan oleh lisan kita ini.
🌴Semoga bermanfaat.