Riyadush Shalihin – Disegerakan atau Ditundanya Buah Dosa
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya, maka Allah menyegerakan hukumannya di dunia, dan apabila Allah menghendaki keburukan kepada hamba-Nya maka Allah menahan dosanya sehingga dia terima kelak di hari Kiamat.” (HR. Tirmdzi: 2396)
_____________________________
Hadits yang mulia ini adalah dalil yang sangat jelas bahwa seorang mukmin semakin kuat keimanannya maka akan semakin bertambah ujian dan cobaannya. Dan sebaliknya, apabila keimanannya lemah maka akan semakin ringan ujiannya. Semua ujian ini sebagai bentuk penyegeraan balasan dari dosanya di dunia agar lebih ringan dan ia bersih dari hukuman akhirat.
Adapun para pelaku maksiat yang tidak merasakan apa-apa dari maksiat yang telah ia perbuat, dengan kata lain ia justru hidup aman sentosa tanpa ujian, “aku tak shalat, alkhohol minuman keseharian, riba dan lain sebagainya, namun hidupku nikmat, hartaku banyak dan lapang” maka jangan dikira Allah lupa. Itulah yang disebut dengan istidraj, dimana hukumannya ditunda oleh Allah di akhirat, agar lebih pedih dan menyakitkan.
Oleh karenanya, hadits ini adalah tolak ukur keadaan diri kita masing-masing. Buah dari dosa adalah pasti, jika dirasakan di dunia maka sabarlah, boleh jadi itu adalah tanda kebaikan dari Allah. Namun apabila tak kunjung merasakannya maka segeralah banyak bertaubat sebelum terlambat karena Allah sengaja menundanya di akhirat.