Sembilan Sebab Hidayah

Memang hidayah berasal dari Allah, namun sebab hidayah berasal dari usaha manusia. Oleh sebab itu, tugas manusia adalah melakukan sebab-sebab hidayah, agar Allah memberikan hidayah-Nya. Hidayah memiliki sebab-sebab, di antaranya:

1. Berdo’a dan bersungguh-sungguh memintanya, Allah berfirman:

ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (QS. Ghafir: 60)

Nabi shallallahu alaihi wasallam berkata dari Allah bahwa Ia berfirman:

يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ

Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam kesesatan, kecuali orang yang telah Aku beri petunjuk. Oleh karena itu, mohonlah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikannya kepadamu. (HR. Muslim: 2577)

Beberapa do’a untuk meminta hidayah:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيم

Ya Allah tunjukilah kami jalan yang lurus. (QS. Al-Fatihah: 6)

اللَّهُمَّ اهْدِنِي وَسَدِّدْنِي وَاذْكُرْ بِالْهُدَى هِدَايَتَكَ الطَّرِيقَ وَالسَّدَادِ سَدَادَ السَّهْمِ

“Ya Allah, berikanlah petunjuk kepadaku. Berilah aku jalan yang lurus. Jadikan petunjuk-Mu sebagai jalanku dan kelurusan hidupku selurus anak panah.” (HR. Muslim: 2725)

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

“Ya Allah ya Tuhanku, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, terhindar dari perbuatan yang tidak baik, dan kecukupan (tidak minta-minta).” (HR. Muslim: 2721)

2. Tauhid, Allah subhanahu wata’ala berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-An’am: 82)

Zalim yang disebutkan dalam ayat ini maksudnya adalah syirik, hal ini berdasarkan sebuah hadits yang riwayatkan oleh Imam Bukhari rahimahullah dalam kitabnya:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ –
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ – شَقَّ ذَلِكَ عَلَى أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالُوا أَيُّنَا لَمْ يَلْبِسْ إِيمَانَهُ بِظُلْمٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهُ لَيْسَ بِذَاكَ أَلَا تَسْمَعُ إِلَى قَوْلِ لُقْمَانَ لِابْنِهِ: إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dari Abdullah ia menuturkan: “Ketika turun ayat ini; Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, hal itu terasa berat bagi sahabat Rasulullah. Mereka mengatkan: ‘Siapa pula di antara kita yang tidak pernah mencampur keimanannya dengan kezaliman?’ Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Bukan seperti itu, tidakkah engkau mendengar (mencermati) ucapan Lukman kepada anaknya; Sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang sangat besar.’” (HR. Bukhari: 4776)

3. Mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan Allah dan Rasul-Nya. Berdasarkan firman Allah:

وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُواْ مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا ۞ وَإِذاً لآتَيْنَاهُم مِّن لَّدُنَّـا أَجْراً عَظِيمًا ۞ وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطًا مُّسْتَقِيمًا

Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami beri hidayah (tunjuki) mereka kepada jalan yang lurus. (QS. An-Nisa’: 66-68)

4. Berpegang teguh dengan agama Allah serta bersungguh-sungguh melakukan ketaatan. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَن يَعْتَصِم بِاللّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Allah juga berfirman:

فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُواْ بِاللّهِ وَاعْتَصَمُواْ بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِّنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُّسْتَقِيمًا

Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya. (QS. An-Nisa’: 175)

Allah berfirman:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Ankabut: 69)

5. Memperbanyak membaca dan mentadabburi Al-Qur’an, Allah berfirman:

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ

Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lurus. (QS. Al-Isra’: 9)

 قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ

Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. (QS. Fushshilat: 44)

6. Menjaga shalat, Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS.Al-Baqarah: 153)

Shalat sebagai penolong untuk mengapai kebaikan dunia dan akhirat, termasuk sebagai penolong untuk menggapai hidayah. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:

الصَّلَاةُ أَكْبَرُ العَوْنِ عَلَى تَحْصِيْلِ مَصَالِحِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ ، وَدَفْعِ مَفَاسِدِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

“Shalat adalah penolong terbesar untuk menggapai kemaslahatan dunia dan akhirat serta penolong terbesar untuk menolak mafsadat dunia dan akhirat.” (Zadul Ma’ad: 4/209)

7. Perhatian dengan sunnah Nabi dan sejarah hidup beliau shallallahu alaihi wasallam. Allah berfirman:

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (QS. At-Taubah: 33)

8. Berteman dengan orang-orang shalih. Rasulullah Shalallahu ’alaihi wasallam bersabda:

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَكِيرِ الْحَدَّادِ لَا يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Engkau tidak akan rugi berteman dengan penjual minyak wangi. Sebab bisa jadi engkau membeli darinya atau paling tidak engkau mencium bau yang wangi darinya. Sedangkan, seorang tukang besi, akan membakar tubuh atau pakaianmu, atau paling tidak engkau mencium aroma yang busuk darinya.”  (HR. Bukhari: 2101, Muslim: 2628)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِل

“Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah masing-masing dari kalian melihat siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat.” (HR. Tirmidzi: 2378, Abu Dawud: 4833, Ahmad: 8065)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia menuturkan:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ قَالَ حُبَّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ قَالَ أَنَسٌ فَمَا فَرِحْنَا بَعْدَ الْإِسْلَامِ فَرَحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ

“Pada suatu hari seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seraya bertanya; ‘Ya RasululIah, kapankah kiamat itu akan datang? ‘ Mendengar pertanyaan laki-laki itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam balik bertanya: ‘Apa yang telah kamu siapkan untuk menghadapi kiamat? ‘ Laki-laki itu menjawab; ‘Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.’ Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya kamu akan bersama orang yang kamu cintai.’ Anas berkata; ‘Tidak ada yang lebih menyenangkan hati kami setelah masuk Islam selain sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berbunyi: ‘Sesungguhnya kamu akan bersama orang yang kamu cintai.’ Anas berkata; ‘Karena saya mencintai Allah, Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar, maka saya berharap kelak akan bersama mereka meskipun saya tidak dapat beramal seperti mereka.’ (HR. Muslim: 2639)

 

9. Hadir di majelis ilmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِْيقًا َيلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا ِإلىَ اْلجَنَّةِ

“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim: 2699)

Bahkan anggaplah seorang itu sekedar hadir, mungkin karena tidak sengaja, atau hadir tapi tidak paham, maka hadirnya itu sudah cukup sebagai jalan dia mendapatkan hidayah, dan keberkahan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ لِلَّهِ مَلاَئِكَةً يَطُوفُونَ فِي الطُّرُقِ يَلْتَمِسُونَ أَهْلَ الذِّكْرِ، فَإِذَا وَجَدُوا قَوْمًا يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَنَادَوْا: هَلُمُّوا إِلَى حَاجَتِكُمْ ، قَالَ: فَيَحُفُّونَهُمْ بِأَجْنِحَتِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، قَالَ: فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ، وَهُوَ أَعْلَمُ مِنْهُمْ، مَا يَقُولُ عِبَادِي؟ قَالُوا: يَقُولُونَ: يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيَحْمَدُونَكَ وَيُمَجِّدُونَكَ ، قَالَ: فَيَقُولُ: هَلْ رَأَوْنِي؟ قَالَ: ” فَيَقُولُونَ: لاَ وَاللَّهِ مَا رَأَوْكَ؟ قَالَ: فَيَقُولُ: وَكَيْفَ لَوْ رَأَوْنِي؟ قَالَ: يَقُولُونَ: لَوْ رَأَوْكَ كَانُوا أَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً، وَأَشَدَّ لَكَ تَمْجِيدًا وَتَحْمِيدًا، وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيحًا قَالَ: يَقُولُ: فَمَا يَسْأَلُونِي؟ قَالَ: يَسْأَلُونَكَ الجَنَّةَ قَالَ: يَقُولُ: وَهَلْ رَأَوْهَا؟ قَالَ: يَقُولُونَ: لاَ وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا ، قَالَ: يَقُولُ: فَكَيْفَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا؟ قَالَ: يَقُولُونَ: لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصًا، وَأَشَدَّ لَهَا طَلَبًا، وَأَعْظَمَ فِيهَا رَغْبَةً، قَالَ: فَمِمَّ يَتَعَوَّذُونَ؟ قَالَ: يَقُولُونَ: مِنَ النَّارِ ، قَالَ: يَقُولُ: وَهَلْ رَأَوْهَا؟ قَالَ: يَقُولُونَ: لاَ وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا ، قَالَ: يَقُولُ: فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا؟ قَالَ: يَقُولُونَ: لَوْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ مِنْهَا فِرَارًا، وَأَشَدَّ لَهَا مَخَافَةً ، قَالَ: فَيَقُولُ: فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ ، قَالَ: يَقُولُ مَلَكٌ مِنَ المَلاَئِكَةِ: فِيهِمْ فُلاَنٌ لَيْسَ مِنْهُمْ، إِنَّمَا جَاءَ لِحَاجَةٍ. قَالَ: هُمُ الجُلَسَاءُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ

“Sesungguhnya Allah memiliki para malaikat yang berkeliling di jalan-jalan untuk mencari orang-orang yang berdzikir (mengingat Allah). Jika mereka mendapati suatu kaum mengingat Allah maka mereka saling memanggil, “Kemarilah menuju yang kalian cari”. Lalu mereka meliputi kaum tersebut dengan sayap-sayap mereka hingga ke langit dunia”. Lalu Rabb mereka bertanya kepada para malaikat -padahal Ia lebih tahu dari mereka-, “Apakah yang dikatakan oleh hamba-hambaKu?”. Malaikat berkata, “Mereka bertasbih kepadaMu, bertakbir, dan mengagungkanMu”. Allah bertanya, “Apakah mereka melihatKu?”, Malaikat menjawab, “Demi Allah, mereka tidak melihatMu”. Allah berkata, “Bagaimana jika mereka melihatKu?”. Malaikat berkata, “Jika mereka melihatMu tentu mereka akan lebih semangat lagi beribadah, lebih lagi mengagungkanMu, lebih memuji dan bertasbih kepadaMu”. Allah berkata, “Apakah yang mereka minta?”. Malaikat berkata, “Mereka meminta kepadaMu surga”. Allah berkata, “Apakah mereka melihat surga?”. Malaikat berkata, “Demi Allah tidak, mereka tidak melihat surga”. Allah berkata, “Bagaimana kalau mereka melihat surga?”. Kalau mereka melihat surga maka mereka akan lebih semangat mencari surga dan lebih mengharapkannya”. Allah berkata, “Mereka meminta perlindungan dari apa?”. Malaikat berkata, “Dari Neraka”. Allah berkata, “Apakah mereka melihat neraka?”. Malaikat berkata, “Demi Allah tidak, mereka tidak melihatnya”. Allah berkata, “Bagaiamana kalau mereka melihatnya?”. Malaikat berkata, “Kalau mereka melihatnya tentu mereka semakin berlari jauh dan semakin takut darinya”. Allah berkata, “Aku mempersaksikan kalian bahwa sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka”. Salah satu malaikat berkata, “Diantara mereka ada si fulan yang bukan dari mereka, ia datang karena ada keperluan”. Allah berkata, “Mereka adalah kaum yang sedang duduk dimana orang yang duduk bersama mereka tidaklah merugi/celaka bersama mereka.” (HR. Bukhari: 6408 dan Muslim: 2689)

Mudah-mudahan Allah melimpahkan hidayah-Nya kepada kita kemudian menjaga kita agar tetap istiqomah di atas hidayah tersebut sampai meninggal dunia. Amin

Selesai disusun di Kranggan, Sabtu 13 Shafar 1441H/12 Okt 2019M, 16:45 WIB

Penulis: Zahir Al-Minangkabawi
Follow fanpage maribaraja KLIK
Instagram @maribarajacom

mendatangi peramal?

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !