Syarhus Sunnah – #9 Akidah Seputar Nabi Adam

Pada bagian ini Imam Al-Muzani memaparkan tentang akidah seputar Nabi Adam

Imam Al-Muzani rahimahullah mengatakan:

ثُمَّ خَلَقَ آدَمَ بِيَدِهِ وَأَسْكَنَهُ جَنَّتَهُ وَقَبْلَ ذَلِكَ لِلْأَرْضِ خَلَقَهُ وَنَهَاهُ عَن شَجَرَةٍ قَدْ نَفَذَ قَضَاؤُهُ عَلَيْهِ بِأَكْلِهَا ثُمَّ اِبْتَلَاهُ بِمَا نَهَاهُ عَنهُ مِنْهَا ، ثُمَّ سَلَّطَ عَلَيْهِ عَدُوَّهُ فَأَغْوَاهُ عَلَيْهَا وَجَعَلَ أَكْلَهُ لَهَا إِلَى الأَرْضِ سَبَبًا ، فَمَا وَجَدَ إِلَى تَرْكِ أَكْلِهَا سَبِيْلًا وَلَا عَنْهُ لَهَا مَذْهَبًا

Kemudian Allah menciptakan Adam dengan tangan-Nya dan menempatkannya di surga-Nya. Sebelum itu, Allah telah menciptakan Adam untuk bumi. Allah  melarangnya dari sebatang pohon, sedangkan takdir Allah telah ditetapkan bahwa ia akan memakannya. Kemudian Allah menguji Adam dengan melarangnya untuk mendekati pohon itu. Lalu Allah pun menguasakan kepada Adam musuhnya sehingga dia pun menggoda Adam untuk mendekati pohon itu. Dan Allah menjadikan makannya Adam dari pohon itu sebagai sebab diturunkannya dia ke bumi. Adam tidak memiliki jalan untuk tidak makan dari pohon tersebut.

❀•◎•❀

Pelajaran Berharga:

Pelajaran pertama: Adam diciptakan dengan tangan Allah. Dan ini menjadi salah satu keutamaan beliau, karena Allah berfirman  kepada Iblis ketika dia tidak mau sujud kepada Adam:

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۖ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْعَالِينَ

Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”. (QS. Shaad: 75)

Pelajaran kedua: Wajib mengimani bahwa Allah e memiliki tangan, tetapi tangan yang sesuai dengan ke-agungan-Nya, tidak serupa dengan tangan makhluk-Nya.

Pelajaran ketiga: Larangan adalah ujian dari Allah

Sifat dari dosa memang adalah hal-hal yang disenangi oleh hawa nafsu manusia. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sabdanya:

حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

“Surga diliputi oleh sesuatu yang dibenci sedangkan neraka diliputi oleh syahwat.”[1]

Dan terkadang dengan hikmah-Nya, Allah menjadikan dosa sangat mudah dilakukan dan menggiurkan. Hal itu adalah sebagai ujian bukan berarti perbolehan. Dalam kisah Ashabus Sabt yang dikutuk jadi kera oleh Allah, terdapat pelajaran berharga bagi kita. Bagaimana Allah menguji mereka dengan sesuatu yang membuat mereka tergiur melakukan pelanggaran. Allah berfirman:

وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لَا يَسْبِتُونَ ۙ لَا تَأْتِيهِمْ ۚ كَذَٰلِكَ نَبْلُوهُم بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ ۞ وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِّنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا ۙ اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا ۖ قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ ۞ فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ ۞ فَلَمَّا عَتَوْا عَن مَّا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ ۞

Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa. Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: “Jadilah kamu kera yang hina. (QS. Al-A’raf: 163-166)

Demikian pula dengan ujian kepada orang-orang yang sedang berihram dengan dimudahkannya menangkap hewan buruan, padahal mereka dilarang untuk melakukan hal itu. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَيَبْلُوَنَّكُمُ اللَّهُ بِشَيْءٍ مِّنَ الصَّيْدِ تَنَالُهُ أَيْدِيكُمْ وَرِمَاحُكُمْ لِيَعْلَمَ اللَّهُ مَن يَخَافُهُ بِالْغَيْبِ ۚ فَمَنِ اعْتَدَىٰ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sesuatu dari binatang buruan yang mudah didapat oleh tangan dan tombakmu supaya Allah mengetahui orang yang takut kepada-Nya, biarpun ia tidak dapat melihat-Nya. Barang siapa yang melanggar batas sesudah itu, maka baginya azab yang pedih. (QS. Al-Maidah: 94)

Pelajaran keempat: Adam dan keturunannya memiliki musuh, dan musuh utama mereka adalah setan. Allah berfirman:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS. Fathir: 6)

Apa yang terjadi pada Adam adalah bukti bahwa iblis itu sangat lihat menggelincirkan. Karenanya, Allah mengingatkan kita agar tidak terjatuh pada kesalahan yang sama seperti ayah kita Adam. Allah berfirman:

يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا ۗ إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ

Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS. Al-A’raf: 27)

Pelajaran kelima: Adam telah ditakdirkan untuk turun ke bumi, dan diturunkannya Adam ke bumi sebagai hukuman atas dosanya.

Demikianlah pembahasan singkat mengenai akidah seputar Nabi Adam

Lihat arsip pembahasan kitab Syarhus Sunnah Imam Al-Muzani disini:

Syarhus Sunnah Imam Al-Muzani

Selesai disusun di Jatimurni Bekasi, Senin 6 Jumadil Awal 1442 H/ 21 Desember 2020M

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja atau dapatkan broadcast artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda  di admin berikut KLIK

[1] (HR. Muslim: 7308)

 

 

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !