Sudah Benarkah Islamku?

Pernahkah kita, dikala duduk seorang diri bertanya pada diri kita sendiri, “Sudah benarkah Islam yang aku jalani ini? Apakah Islam yang aku amalkan hari ini sesuai dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi pada 15 abad silam?

Pertanyaan seperti itu penting, karena kenyataannya memang kita ditakdirkan hidup di akhir zaman. Jauh dari mata air Islam itu sendiri. Sedangkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ

Tidaklah datang suatu zaman kepada kalian melainkan zaman yang setelahnya lebih buruk dari sebelumnya.” (HR. Bukhari: 7068)

Jangan terlalu percaya diri dikarenakan kita lahir dan tumbuh besar di lingkungan yang Islami. Ayah ibu kita muslim, kita tinggal bersama kaum muslimin. Lantas kemudian kita pun tidak mau kembali muhasabah dan belajar tentang agama ini.

Bukan bermaksud apa-apa, hanya karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

بَدَأَ الإِسْلامُ غَرِيبًا ، وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا ، فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

Islam bermula dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana ia bermula, maka beruntung orang-orang yang asing.” (HR. Muslim: 145)

Dijelaskan oleh al-Imam Abul Hasan as-Sindi rahimahullah (w.1137H), perihal makna “Islam itu akan kembali asing”, beliau mengatakan:

وَسَيَعُودُ غَرِيبًا، بِقِلَّةِ مَنْ يَقُوم بِهِ وَيُعِين عَلَيْهِ وَإِنْ كَانَ أَهْله كَثِيرًا

Islam akan kembali asing disebabkan karena sedikitnya orang yang benar-benar mengamalkannya dan menolong (memberikan kontribusi) kepadanya meskipun pemeluknya banyak.” (Hasyiah Ibni Majah: 4/349 Cet. Darul Ma’rifah, Beirut)

Subnalllah, bukankah itu terjadi di zaman kita ini. Di saat banyak orang yang mengaku muslim namun tidak perhatian dan tidak mengamalkan Islam dengan sesungguhnya. Sangat jauh dari amalan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Dan ketika ada orang-orang yang benar mengamalkannya justru dianggap asing. Dengan ringannya mereka dikata-katai; “Beragama Islam itu yang biasa-biasa sajalah.” Ketika ada wanita bercadar kemudian dilarang, lantaran anggapan bahwa cadar itu bukan bagian dari Islam, hanya budaya Arab saja.

Oleh sebab itu, mari kita bersama-sama kembali intropeksi. Tanyakanlah pada diri kita, “Sudah benarkah kita menjadi muslim yang sesungguhnya? Ataukah justru kita termasuk orang yang ikut dalam kelompok yang banyak itu. Sekadar mengaku muslim tapi tidak kenal dengan Islam itu sendiri.” Ini bukan urusan kita dengan orang lain, tapi urusan kita dengan hati sanubari kita sendiri. Lakukanlah sekarang sebelum datang penyesalan.

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !