Perintahkan Anak Shalat Sejak Umur 7 Tahun – Riyadush Shalihin

Bab 38 – Kewajiban Memerintah Keluarga, Anak-anak yang sudah Tamyiz, dan Semua Orang yang Dalam Penjagaannya, Supaya Ta’at Kepada Allah. Dan Melarang Mereka Dari Pelanggaran, Mendidik Serta Menghalangi Mereka dari Menerjang Larangan

4/301 – Dari Amru bin Syu’aib dari Ayahnya dari Kakeknya dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur 7 tahun, dan apabila sudah mencapai umur 10 tahun maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.” (HR. Abu Dawud: 495)

5/302 – Dari Abu Tsurayyah Sabrah bin Ma’bad Al-Juhany radhiyallahu anhu ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَلِّمُوا الصَّبِيَّ الصَّلَاةَ ابْنَ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُ عَلَيْهَا ابْنَ عَشْرٍ

Ajarkanlah shalat kepada anak-anak diumur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika meninggalkan shalat di umur sepuluh tahun.” (HR.Tirmidzi: 407)

Dalam lafazh Abu Dawud:

مُرُوا الصَّبِيَّ بِالصَّلَاةِ إِذَا بَلَغَ سَبْعَ سِنِينَ وَإِذَا بَلَغَ عَشْرَ سِنِينَ فَاضْرِبُوهُ عَلَيْهَا

Perintahkanlah anak kecil untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya.” (HR. Abu Dawud: 494)

Faidah hadits:

1. Shalat adalah ibadah yang paling agung yang pertama kali dihisab. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ

“Hal pertama yang dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat dari amalannya adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka sungguh ia telah sukses dan selamat. Sebaliknya, apabila rusak maka sungguh ia telah gagal dan merugi.” (HR. Abu Dawud: 864, Tirmidzi: 413, an Nasa’i: 465)

2. Seorang ayah harus mengajari keluarganya untuk mengerjakan shalat, karena shalat adalah perkara penting dan tanda kebaikan sebuah keluarga. Bahkan karena pentingnya amalan shalat ini, Nabi Ibrahim alaihissalam memohon kepada Allah:

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

Ya Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Rabb kami, perkenankanlah doaku. (QS. Ibrahim: 40)

3. Shalat adalah salah satu tolak ukur baik atau tidak sebuah keluarga. Karena shalat merupakan kewajiban utama bagi setiap muslim dan muslimah. Bagaimana mungkin sebuah keluarga akan baik menunaikan hak yang lain, sedang hak Allah yang paling utama setelah syahadatain saja tidak tunaikan dengan baik.

Abu al-‘Aliyah Rufai’ bin Mihran rahimahullah, seorang ulama dan orang shalih dari generasi tabi’in. Jika ia mendengar ada seorang yang alim, maka dia akan mencari dan menemuinya kemudian shalat di belakangnya. Apabila ia melihat orang tersebut tidak sempurna dalam mengerjakan shalat, maka dia akan meninggalkannya seraya berkata dalam hatinya:

إِنَّ الَّذِي يَتَهَاوَنُ فِي صَلَاتِهِ يَكُونُ أَشَدُّ تَهَاوُنًا فِي غَيرِهَا

Sesungguhnya orang yang meremehkan shalatnya, maka dia akan lebih meremehkan perkara yang lain.” (Suwar Min Hayatit Tabi’in: 448)

Karenanya, tanda orang-orang munafik yang difirmankan oleh Allah dalam al-Qur’an, salah satunya adalah mereka shalatnya buruk. Allah berfirman:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (QS. An-Nisa’: 142)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

Shalat yang dirasakan paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya` dan shalat subuh, sekiranya mereka mengetahui keutamaannya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. (HR. Bukhari: 657, Muslim: 651)

Shalat adalah tolak ukur kebaikan, bahkan tolak ukur keselamatan di akhirat kelak. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ

“Hal pertama yang dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat dari amalannya adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka sungguh ia telah sukses dan selamat. Sebaliknya, apabila rusak maka sungguh ia telah gagal dan merugi.” (HR. Abu Dawud: 864, Tirmidzi: 413, an Nasa’i: 465)

Jika seorang tidak memperhatikan shalatnya tidak ada lagi yang patut ia banggakan.Imam Hasan al Bashri mengatakan:

يَا ابْنَ آدَمَ أَيُّ شَيْءٍ يَعِزُّ عَلَيْكَ مِنْ دِيْنِكَ إِذَا هَانَتْ عَلَيْكَ صَلَاتُكَ وَأَنْتَ أَوَّلُ مَا تُسْأَلُ عَنْهَا يَوْمَ القِيَامَةِ

Wahai anak Adam, apa yang berharga dari agamamu jika shalatmu saja tidak berharga bagimu?!  Padahal, pertanyaan pertama yang akan ditanyakan kepadamu pada hari kiamat nanti adalah shalatmu.” (Al Kabair: 28 cet. Darul Fikr)

5. Paksa anak dan keluarga untuk melakukan ketaatan. Hari ini, betapa banyak orang tua yang konsep pendidikan anaknya adalah “sesuai dengan kemauan mereka.” Sehingga tatkala sang anak tidak punya kemauan beribadah, belajar agama, dst, orang tua pun membiarkan saja.

Dari hadits yang mulia diatas jelas bahwa terkadang disyari’atkan seorang ayah untuk memaksa anaknya untuk beribadah, boleh memukul mereka namun tetap dengan pukulan yang mendidik bukan menyiksa. Ibadah yang paling utama untuk diperhatikan oleh seorang ayah adalah shalat.

Demikian pula dengan kebaikan yang lain seperti menuntut ilmu agama. Lihatlah potret gerasi mulia dari kalangan sahabat dan tabi’in. Diriwayatkan dari Ikrimah, salah seorang murid senior dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, ia mengatakan:

كَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ يَجْعَلُ الكَبْلَ فِي رِجْلِي عَلَى تَعْلِيمِ القُرْآنِ وَالفِقْهِ

“Ibnu Abbas mengikat kedua kakiku saat ia mengajarkan al-Qur’an dan fikih kepadaku.” (Shahih Bukhari, Kitab Khushumat: 7)

Atsar ini menunjukkan bolehnya kita memaksa seseorang yang berada dibawah kekuasaan kita untuk diajari ilmu agama. Karena mengajarkan ilmu agama adalah tanggung jawab kita.

Oleh sebab itu, sebagai orang tua atau orang yang mempunyai tanggung jawab, tidak boleh hanya mengikuti keinginan anak. Kalau mereka kurang kemauannya beribadah dan belajar agama maka harus dipaksa. Jangan dibiarkan semau mereka dengan dalih sayang kepada mereka. Justru itulah bentuk bahwa kita tidak sayang dengan mereka. Kita paksa belajar agama adalah demi kebaikan mereka juga.

Baca juga Artikel:

Perintahkan Keluarga Agar Ta’at Kepada Allah – Riyadush Shalihin

Agar Anak Masuk Surga Bersama Keluarga

Keluarga Lebih Berhak Merasakan Kedermawanan Kita

Selesai ditulis di rumah kontrakan Komplek Pondok Jatimurni BB 3 Bekasi, Bekasi, Sabtu 30 Jumadal Awal 1441H/ 25 Januari 2020 M

Zahir Al-Minangkabawi

Follow fanpage maribaraja KLIK

Instagram @maribarajacom

Bergabunglah di grup whatsapp maribaraja untuk dapatkan artikel dakwah setiap harinya. Daftarkan whatsapp anda di admin berikut KLIK

Perintahkan anak untuk shalat

Zahir Al-Minangkabawi

Zahir al-Minangkabawi, berasal dari Minangkabau, kota Padang, Sumatera Barat. Pendiri dan pengasuh Maribaraja. Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Padang, melanjutkan ke Takhasshus Ilmi persiapan Bahasa Arab 2 tahun kemudian pendidikan ilmu syar'i Ma'had Ali 4 tahun di Ponpes Al-Furqon Al-Islami Gresik, Jawa Timur, di bawah bimbingan al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc hafizhahullah. Kemudian melanjutkan ke LIPIA Jakarta Jurusan Syariah. Sekarang sebagai staff pengajar di Lembaga Pendidikan Takhassus Al-Barkah (LPTA) dan Ma'had Imam Syathiby, Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Jawa Barat.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button
WhatsApp Yuk Gabung !