Keturunan Rasulullah Yang Pantas Diikuti
Kita tidak memungkiri untuk memuliakan serta mengikuti para keturunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, selama amal perbuatan mereka sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Sebab, sekarang ini banyak yang mengaku keturunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam namun apa yang mereka amalkan serta serukan sangat jauh dan bertentangan dengan ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri ketika diturunkan kepadanya ayat:
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
Dan peringatkanlah keluargamu yang terdekat. (QS. Asy-Syu’araa’: 214). Lalu beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda:
يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ مَالِي لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا
‘Wahai sekalian kaum Quraisy (atau ucapan semacamnya), peliharalah diri kalian karena aku tidak dapat membela kalian sedikit pun di hadapan Allah. Wahai Bani ‘Abdi Manaf, aku tidak dapat membela kalian sedikit pun di hadapan Allah. Wahai ‘Abbas bin ‘Abdul Muthallib aku tidak dapat membelamu sedikit pun di hadapan Allah. Wahai Shofiyah bibi Rasulullah, aku tidak dapat membelamu sedikitpun di hadapan Allah. Wahai Fathimah putri Muhammad, mintalah kepadaku apa yang kamu mau dari hartaku, sungguh aku tidak dapat membelamu sedikit pun di hadapan Allah.'” (HR. Bukhari: 2753, Muslim: 206)
Dari hadits ini jelaslah bahwa memiliki hubungan nasab dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam namun menyelisihi perintah Allah dan Rasul-Nya tidak memberi manfaat. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan:
فَهَذَا كَلَامُ النَّبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَقَارِبِهِ الأَقْرَبِيْنَ: عَمِّهِ، وَعَمَّتِهِ، وَابْنَتِهِ؛ فَمَا بَالُكَ بِمَنْ هُمْ أَبْعَدُ؟!…. إِذْ الَّذِي يَنْفَعُ بِالنِّسْبَةِ لِلرَّسُولِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ الإِيْمَانُ بِهِ وَاتِّبَاعُهُ
“Inilah ucapan Nabi shallallahu alaihi wasallam kepada karib kerabat terdekatnya; paman, bibi, dan putrinya, lantas bagaimana lagi dengan mereka yang lebih jauh hubungan nasabnya?! Jadi, hubungan nasab ke Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang dapat memberi manfaat adalah apabila dibangun di atas keimanan dan ittiba’ (mengikuti ajaran beliau).” (Al-Qaulul Mufid: 1/296)
Oleh sebab itu, anggaplah jika seorang itu benar keturunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka tetap yang menjadi pedoman adalah kesesuaian amalannya dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Jika malah menyelisihi maka harus ditinggalkan, karena nasabnya tersebut saja tidak bisa menolong dirinya sendiri, apalagi diri kita.